LAPORAN HASIL
WAWANCARA
PEDAGANG KAKI LIMA
(PKL)
DI PASAR MINGGU
DOSEN = Iis Dewi Lestari, M.Pd
KELAS = R 5 D
KELOMPOK 4 =
1.
DEWI ROHMANI (2011
4350 1771)
2. TIAS SUBEKTI (2011 4350
0533)
3. NURUL QOIRIAH (2011 4350 0367)
4. ADE PUTRI YUNI AMALIAH (2011 4350 0368)
5. NANI NIRMALA (2011 4350
1062)
6. LARASATI (2011
4350 1387)
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
Jl.NANGKA
NO.58 C TANJUNG BARAT JAGAKARSA JAKARTA SELATAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dan puji syukur kami panjatkan atas
kehadiran ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah ISBD.
Dalam makalah ini terdapat
laporan hasil wawacara yang telah kami lakukan pada Minggu, 11 Desember 2013 di
Pasar Minggu, Jakarta Selatan . Kami melakukan wawancara pada petugas Satpol
PP, para PKL dan pembeli serta pengguna jalan. Tujuan kami yaitu untuk
mengetahui kehidupan PKL terutama mengenai tanggapan mereka setelah dan saat di
relokasi. Serta apa dampaknya setelah para PKL di relokasi.
Andai kata terdapat kesalahan di makalah ini, katakanlah
ini “kekhilafan penulis”. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
Daftar
Isi
Kata Pengantar …………………………………………………………………. 1
Daftar Isi ……………………………………………………………………….. 2
Bab 1 Pendahuluan ……………………………………………………………... 3
A. Latar Belakang …………………………………………………………. 3
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………. 3
C. Tujuan ………………………………………………………………….. 3
Bab II Pembahasan ……………………………………………………………… 4
A. Hasil Wawancara ………………………………………………………. 4
1.
Wawancara dengan Anggota
SATPOL PP…………………………. 4
2.
Wawancara dengan Pedagang Buah
………………………………... 6
3.
Wawancara dengan Pedagang
Tempe………………………………. 9
4.
Wawancara Pembeli
………………………………………………… 12
Bab III Penutup …………………………………………………………………. 14
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 14
B. Kesan dan Pesan …………………………………………………………. 14
C. Saran ……………………………………………………………………... 15
Lampiran dan Dokumentasi ……………………………………………………… 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pedagang kaki lima atau biasa di bilang PKL adalah
istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang melakukan kegitan komersial di atas daerah milik jalan (DMI) yang
diperuntukkan untuk pejalan kaki. PKL yang bejualan dibahu jalan adalah salah
satu penyebab kemacetan. Apalagi di ibukota seperti Jakarta ini. PKL di Pasar Minggu adalah salah satu contoh
keberhasilan Bapak Jokowi dalam mengatasi kemacetan. Sebab PKL di Pasar Minggu
merupakan salah satu akar kemacetan yang selama ini
tidak dapat ditangani oleh gubernur-gebernur sebelumnya.
B. Identifikasi Masalah
1.
Bagaimana kehidupan PKL?
2.
Apakah keuntungan PKL bagi masyarakat?
3.
Apa dampak adanya PKL?
4.
Bagaimana dampak PKL sebelum dan setelah direlokasi?
C. Tujuan
Tujuan kami
dalam membuat makalah ini yaitu pertama untuk memenuhi tugas wawancara yang diberikan oleh dosen kami. Kemudian
kami ingin mengetahui bagaimana kehidupan PKL, khususnya setelah direlokasi
oleh pemprov DKI Jakarta. Yang kami ambil lokasinya di daerah Pasar Minggu,
Jakarta Selatan. Dan ingin mengetahui bagaimana keadaan PKL setelah adanya
relokasi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
HASIL
WAWANCARA
1.
Wawancara dengan Anggota
SATPOL.PP
NAMA =
Bapak Suparman
UMUR = 42 Tahun
PEKERJAAN =
Petugas Satpol PP
Ø Pertayaan :
1) Pedagang
apa saja yang ditertibkan/direlokasikan oleh Satpol PP?
Jawab
: Pedagang yang saya tertibkan adalah penjual sayur, buah, pakaian, alat-alat
elektronik dll. Semua yang berada di pinggir jalan pasti saya relokasikan,
karena memang sudah perintah dari pemprov.
2) Mengapa
meraka harus direlokasikan?
Jawab
: Karena mereka berdagang dibahu
jalan/dipinggir jalan sehingga mengganggu
lalu lintas dan menyebabkan kemacetan disekitar area
tersebut.
3) Darimana
saja pedagang yang ditertibkan?
Jawab : Dari Pasar
Minggu sampai Ragunan.
4) Apakah
terdapat kesulitan saat menertibkan mereka?
Jawab
: Alhamdulillah, tidak ada. Walaupun ada satu dua masyarakat yang tidak terima
tapi bisa di atasi dengan baik.
5) Apa
tugas Satpol PP disini ?
Jawab
: Tugas Satpol PP
disini yaitu menertibkan dan memindahkan para pedagang karena mereka mengganggu
lalu lintas. Selain itu menertibkan masalah-masalah sosial seperti anak
jalanan, pengamen dan gelandangan.
6) Kemana
pedagang yang ditertibkan itu dipindahkan?
Jawab
: Mereka semua dipindahkan di lokasi bianan dan sebagian lagi dipindahkan ke
blok B.
7) Berapa
lama Satpol PP berjaga disini?
Jawab : Kita berjaga
disini selama 24 jam.
8) Kalau
ada PKL yang memberontak/ngeyel adakah sanksinya?
Jawab
: Iya ada tindak pidana ringan yaitu diambil KTP nya, kemudian ada juga tilang,
sanksi kurungan badan selama 3 bulan atau denda Rp 50 juta.
9) Adakah
undang-undang yang mengatur tentang PKL?
Jawab
: Iya ada, yaitu Perda No.8 Tahun 2007 Tentang Ketertiban Umum, yang isinya PKL
dilarang berjualan ditempat-tempat untuk kepentingan umum seperti jalan,
trotoar, halte, dan jembatan penyebrangan. Kecuali tempat tersebut sudah
ditetapkan oleh Gubernur untuk berjualan.
10) Sejak
kapan Satpol PP bertugas menertibkan dan merelokasikan para PKL?
Jawab
: Dimulai saat Bapak Jokowi menjabat menjadi gubernur DKI. Sebenarnya bertugas
dari dulu tapi pelaksanaannya nyatanya waktu Bapak Jokowi menjabat menjadi
gubernur DKI.
2.
Wawancara dengan
Pedagang Buah
NAMA = Ibu Sri
UMUR = 40 Tahun
ALAMAT = Condet, Balekambang,
Jakarta Timur.
Ø Pertanyaan :
1) Ibu
berjualan buah apa saja?
Jawab
: Kalau sekarang sih jualan mangga, pepaya sama belimbing. Karena saya kan ngikutin musim.
2) Sejak
kapan Ibu berjualan buah?
Jawab
: Sejak tahun 1998, saat revormasi.
3) Mulai
dari kapan Ibu
berdagang disini?
Jawab
: Saya berdagang disini sehabis lebaran kemaren.
4) Selain
berdagang buah apa ada pekerajan
lain?
Jawab
: Tidak ada, hanya berdagang buah saja.
5) Sebelum
berdagang buah apa bekerjaan Ibu?
Jawab
: Disebuah konveksi di Tanggerang.
6) Sebelum
berdagang disini Ibu
berdagang dimana?
Jawab
: Didepan Pasar Jaya.
7) Lebih
ramai berdagang disana apa disini?
Jawab
: Lebih ramai disana.
8) Kenapa
alasannya?
Jawab
: Karena disana jalanan, orang pada lewat banyak, kalau disini gang buntu.
9) Meskipun kondisinya seperti ini, apakah masih ada
pembeli?
Jawab
: Iya. Ada yang beli mah..tapi pendapatan
lebih banyak disana.
10) Ada perasaan kesel tidak saat harus direlokasikan kesini?
Jawab
: Enggak kesel, ngikutin arus aja. Disuruh pindah ya pindah asal dikasih tempat
aja, yang penting buat makan ada, biaya sekolah dan kontrakan ada.
11) Sebelum pindah kesini apakah sudah dikasih
peringatan terlebih dahulu?
Jawab
: Iya sudah dibilangin dulu sama Satpol PP, disuruh pindah ya pindah.
12) Saat
relokasi apakah Satpol PP bertindak arogan?
Jawab
: Enggak, mereka bilanginnya baik-baik.
13) Apa
suka duka antara berjualan di sana dengan di sini?
Jawab
: kalau disana ramai kalau
disini pembelinya
jarang. Seneng enggak sedih juga enggak biasa aja. Karena terpaksa dipindahin kesini ya
kita ikutin aja.
14) Apa ada pembeli yang menawar keterlaluan?
Jawab
: Kalau nawar ya wajar, namanya pembeli kalau boleh ya dikasih kalau enggak ya
enggak dikasih.
15) Apa pembeli suka marah-marah jika tidak
dikasih nawar?
Jawab
: ya enggak marah, masa marah-marah.
16) Berapa modal awal
untk jualan
buah?
Jawab
: Modal untuk semuanya RP 2
juta, tapi kalau cuma buat mangga aja Rp 500.000.
17) Berapa keuntungan perhari?
Jawab
: Kurang lebih Rp 20.000
- Rp 30.000.
18) Dari hasil segitu cukupkah untuk kehidupan
sehari-hari?
Jawab
: Ya dicukup-cukupin.
19) Apa perasaan Ibu
saat
dipindahkan,
ikut menolak atau menerima?
Jawab
: Ikut saja, karena kita berjualankan
tidak cari musuh, sebab kita kan perantau jadi ikut pemerintah aja.
20) Berapa harga buah perkilo?
Jawab
: Bermacam-macam tergantung jenis buahnya.
21) Bila hujan turun apa yang Ibu lakukan?
Jawab
: Ditutup dengan plastik terpal
22) Anak Ibu
berapa dan tinggal dimana sekarang?
Jawab
: Anak saya 2, yang pertama
sudah berkeluarga, yang kedua
masih SMP dikampung.
23) Dari
mana Ibu mendapatkan buahnya?
Jawab
: Dapet dari pengepul buah.
24) Dari
jam berapa Ibu
mulai berjualan ?
Jawab
: Dari jam 8 pagi sampe
jam 7 malam.
25) Berapa
lama buah bertahan untuk di jual ?
Jawab
: 2 minggu .
26) Bila
buahnya tidak habis apa yang ibu lakukan ?
Jawab
: Mengobralnya.
27) Bagaimana
cara memilih buah yang baik?
Jawab
: Itu tergantung dari selera pembeli kan mereka yang
beli, kita gak bisa maksa.
28) Apabila Ibu kehabisan stok buah dari pengepul, dari mana Ibu
mendapatkan buahnya?
Jawab
: Ibu dapet dari produsennya
langsung yang menanam buah.
29) Apa
Ibu tidak ada niat untuk
menanam buah sendiri dikampung agar
tidak perlu ke pengepul?
Jawab
: Untuk sekarang tidak dulu.
30) Berapa
banyak Ibu mengambil buah ke
pengepul?
Jawab
: Sekitar 80 kg per keranjang
3.
Wawancara dengan
Pedagang Tempe
NAMA =
Ibu Wartono
UMUR =
42 Tahun
PEKERJAAN =
Penjual Tempe
ALAMAT =
Masjid Al-Falah Sentyang
Ø Pertayaan :
1) Sejak
kapan Ibu berjualan tempe?
Jawab : Dari tahun 2000, kira-kira sudah 13 tahun.
2) Dari
pukul berapa berjualan disini Bu?
Jawab : Dari jam 7 pagi sampai jam 7
malam.
3) Kapan
waktunya saat ramai pembeli?
Jawab : Ramainya dari jam 6-10 pagi.
4) Jam
sibuk itu ya Bu?
Jawab : Iya, jamnya orang-orang pada masak.
5) Sejak
kapan berjualan di area relokasi?
Jawab : Habis lebaran.
6) Sebelum
jualan disini berjualan dimana?
Jawab : Didepan, di pinggir jalan.
7) Tempenya
di dapet dari mana untuk berjualan?
Jawab : Bikin sendiri.
8) Lalu kalo Ibu
berjualan, Bapak
pekerjaannya apa?
Jawab : Bapak di rumah yang buat tempe.
9) Berapa
modal awal untuk membuat
tempe ?
Jawab : Ibu dapat modal
dari koperasi, yaitu berupa kedelai
sebagai bahan baku untuk membuat tempe.
10) Berapa jumlah
kedelai yang diberikan oleh koperasi?
Jawab :
50 kg perhari untuk perorang.
11) Apa
mayoritas tempat tinggal Ibu
itu juga penjual tempe?
Jawab : Iya.
12) Pada
saat harga kedelai naik bagi mana dampaknya
terhadap produksi tempe?
Jawab : Ya sengsara.
13) Bagaimana
cara mengatasi untuk memperkecil
kerugian ?
Jawab : Dengan cara mengurangi ukurannya.
14) Berapa
harga tempe yang Ibu
jual ?
Jawab : Satu papan Rp 5000 yang besar, kalo yang kecil Rp 2500.
15) Berapa keuntungan dari berjualan
tempe ?
Jawab : Keuntungan satu papan Rp 500.
16) Tiap
harinya bisa habis berapa papan?
Jawab : 50 papan tempe.
17) Apa
Ibu tidak cape berjualan
tempe sambil berdiri seharian
?
Jawab : Ya kalau
dibilang cape mah cape, tapi mau gimana lagi yang namanya orang usaha ya di
jalanin aja.
18) Berapa
banyak Ibu membawa tempe ?
Jawab : Paling banyak 5 tapi nanti kalo
sudah habis ambil lagi di rumah
19) Berapa
lama tempe dapat bertahan untuk di jual?
Jawab :Bertahan sampe 2 hari.
20) Bagaimana
bila tempenya tidak laku selama 2 hari ?
Jawab : Harus habis, kalo tidak habis diobral
21) Apa
sebelum di relokasi diberi peringatan terlebih dahulu?
Jawab : Iya, sudah diberi peringatan.
22) Bagaimana
reaksi Ibu, menolak apa menerima?
Jawab :Ya saya ikut aja.
23) Lebih
ramai dimana berjualan sebelum di relokasi apa sesudah direlokasi?
Jawab : Sama aja.
24) Apa
suka duka Ibu
berjulan tempe ?
Jawab : Seneng,
karena bisa mencukupi kehidupan. Dukanya harus berdiri, kepanasan sama ke
hujanan.
25) Lalu
bagaimana kalau kebutuhan kurang mencukupi?
Jawab : Ya dicukup-cukupin.
26) Menurut
ibu bagusan mana tempe yang dibungkus plastik apa daun pisang.
Jawab : lebih enak yang dibungkus daun
pisang sebab sedap aromanya .
27) Bagaimana
proses pembuatan tempe?
Jawab : pertama kedelai dicuci, lalu direndam kemudian
dimasak dan diberi ragi.
28) Berapa
lama proses peragiannya hingga menjadi tempe?
Jawab : 4 hari.
29) Selain
dari koperasi Ibu
mendapatkan kedelai dari mana?
Jawab : Untuk sekarang Ibu hannya mengandalkan
dari koperasi saja.
30) Apa
Ibu tidak ada rencana
untuk menanam kedelai sendiri di kampung?
Jawab : Untuk sekarang tidak dulu karena
modalnya belum ada.
4.
Wawancara
Pembeli
NAMA = Bapak Yanto
ALAMAT =
Ciganjur
PEKERJAAN =
Wiraswasta
Ø Pertayaan :
1)
Apa pendapat bapak
tentang PKL yang direlokasi?
Jawab
: Belanja lebih efesien karena para pedagang jadi satu dalam satu tempat.
2) Apa pendapat Bapak agar Pasar Minggu lebih baik lagi?
Jawab
:Kualitas tempat berjualan lebih di maksimalkan lagi agar mempunyain tempat
yang nyaman untuk
pembeli dan penjual.
3) Apa
manfaat dari relokasi para pedagang?
Jawab:
Jalanan menjadi tidak macet lagi, dan para pedagang menjadi lebih tertib lagi.
4) Bagimana
dengan kondisi jalan sesudah direlokasi?
Jawab:
Jalannan menjadi tidak
macet lagi juga sudah jarang angkot yang ngetem.
5) Apa
yang Bapak beli?
Jawab: Belanja sayuran
6) Sayurannya
buat di konsumsi sendiri apa di jual lagi ?
Jawab:Buat di pakai
sendiri untuk stok 1 minggu.
7)
Bersama siapa
belanjanya?
Jawab:
bersama istri.
8)
Dimana Ibu
sekarang?
Jawab:
sedang belanja di dalam dan saya yang menunggu disini.
9)
Siapa nama istri
Bapak?
Jawab:
Ibu Marni.
10) Apa
kesan Bapak terhadap tempat
relokasi?
Jawab :Kalau bisa
tempatnya jangan pakai tenda lagi supaya lebih nyaman,
di dalem juga masih becek.
BAB
II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Setelah melakukan observasi dan wawancara, kami menyimpukan bahwa
keadaan Pasar Minggu sekarang sudah tidak macet lagi. Sebab akar kemacetan yang
menjadi momok selama ini yaitu para PKL yang berjualan di pinggir jalan dan
bahu jalan sudah di relokasi ke lokasi binaan yang telah di sediakan oleh
Pemerintah DKI Jakarta. Selain itu angkutan umum juga sudah tidak banyak yang
ngetem, dan bahu jalan serta area pejalan kaki sudah digunakan sebagaimana
mestinya. Sehingga wajah Pasar Minggu sudah tertib dan terlihat lebih rapih dan
bersih.
B.
KESAN
DAN PESAN
Kesan dari kami yaitu sangat senang, karena memiliki pengalaman baru
untuk lebih mengetahui kehidupan para PKL lebih dalam lagi. Kemudian mengetahui
apa peran satpol pp seseungguhnya dan ternyata anggapan orang-orang yang bilang
bahwa satpol pp itu arogan dan menyeramkan salah. Mereka semua ramah dan sopan,
mereka mejelalankan tugas dengan sangat
baik.
Pasar Minggu juga sekarang bersih, nyaman dan tidak macet lagi, sehingga
para pengguna jalan dan pejalan kaki merasa nyaman lewat sana. Kami juga merasa bangga kepada Gubernur
DKI Jakarta yang baru Bapak Jokowi bisa mengatasi salah satu akar kemacetat di
Jakarta.
Namun sayang, saat ingin melakukan wawancara dengan pedagang sayuran di
lokasi binaan mereka semua kurang bersahabat dan tidak ingin di wawancarai.
Mungkin mereka takut untuk di ekspose ke media. Padahal kami hanyalah para
mahasiswi yang ingin lebih mengetahui kehidupan mereka lebih jauh.
Selain itu, kondisi di dalam lokasi binaan masih becek dan pengap. Baru
beberapa menit kami masuk, kami sudah pusing. Sebab bau amis ikan dan sirkulasi
udaranya kurang bagus. Lalu untuk menutupi dari terpaan terik matahari dan
hujan masih menggunakan terpal, belum dibuat bangunan yang lebih layak.
Untuk masalah harga, belanja di Pasar Minggu jauh lebih murah di
bandingkan tempat lain. Apalagi di swalayan-swalayan. Pasar Minggu juga lengkap
jika ingin membeli apapun. Mulai dari sayuran, buah-buahan, baju, elektronik
dan lain sebagainya.
Kalau
pemerintah sudah berupaya untuk menertibkan mereka dan mengatasi masalah tata
kota, kita sebagai mahasiswa dan masyarakat sebaiknya bekerja sama dengan
mereka semua untuk menjaga dan bertindak tertib agar tercipta keadaan kota yang
bersih, nyaman, dan tertib berlalu lintas.
C. SARAN
Jika penasaran dengan keadaan Pasar Minggu sekarang bias dicek atau di
tinjau langsung ke Pasar Minggu. Kemudian, untuk para pedagang sayur kami harap
bisa lebih ramah dan sopan dalam melayani pembeli. Kami juga berharap agar
pemerintah bisa memperbaiki bagian dalam lokasi binaan yang masih menggunakan
terpal dan becek sehingga para pembeli bisa lebih nyaman untuk berbelanja lebih
lama.
0 komentar :
Posting Komentar